• Pemerintah Swiss Harus Meniru Cara Pemerintah Indonesia dalam Menangani Covid-19

     



    Semalam saya baca berita di CNN Indonesia tentang Pemerintah Swiss yang mengatakan bahwa mereka blunder sejak awal karena telah meremehkan Covid-19 dan itu terjadi karena kesalahan pemerintah.

    Di gelombang pertama, ketika negara-negara Eropa lainnya bisa dibilang kewalahan menghadapi pandemi, Swiss belum terjamah sedikit pun.

    Oleh sebab itu, Pemerintah Swiss menyepelekan Covid-19. Terbukti dengan kala itu mereka masih santai membuka jalur penerbangan dari dalam dan ke luar negeri. Mereka pun ingin membuka beberapa ajang olahraga besar pada musim gugur. 

    Namun yang terjadi sekarang, penularan dan tingkat kematian karena pandemi di Swiss melonjak begitu pesat. Setiap hari tercatat ada 5000 kasus baru dan setidaknya ada 100 kematian. Kota Jenewa yang merupakan kota kedua terpadat di Swiss menjadi tempat penularan paling buruk di Eropa.

    Sehingga saat ini Pemerintah Swiss lebih waspada, tidak ingin jatuh di lubang yang sama. Apalagi Eropa terancam menghadapi Covid-19 gelombang kedua. Di sana pemerintah memperketat perjalanan dari luar negeri, tempat makan dan bar harus tutup lebih awal dari biasanya.

    Apa yang terjadi pada Swiss mengingatkan saya akan negara sendiri, Indonesia. Di awal-awal pandemi muncul di beberapa negara Asia, Indonesia adalah negara satu-satunya yang belum dikunjungi virus menjengkelkan ini. Alhasil kebanyakan dari kita juga terlalu santai menanggapinya.

    Terlebih pemerintah. Mereka sangat amat percaya Covid-19 takut masuk ke sini karena beberapa sebab. Salah banyaknya adalah karena izin masuknya susah, di sini iklim tropis, kita suka makan nasi kucing, sampai kelakar yang sangat lucu bahwa Korona itu singkatan dari Komunitas Rondo Mempesona.

    Bahkan ketika Covid-19 sudah berlibur ke sana kemari ke berbagai daerah Indonesia, pemerintah tetap optimis. Mereka menyerukan agar tidak takut virus ini dan menyuruh kita untuk berwisata. Tidak hanya itu saja, ada juga karya anak bangsa yang disinyalir mampu menangkal Covid-19, yaitu kalung anti korona.

    Sekarang saat Covid-19 sudah melonjak tinggi pun, pemerintah tidak kehilangan optimismenya. Bapak Wiku Adisasmito selaku juru bicara pemerintah untuk penanganan pandemi ini mengatakan, “Masyarakat seperti menggali kuburannya sendiri.”

    Tidak bisa dipungkiri memang, di antara dari kita ada yang tidak mengindahkan anjuran dari pemerintah. Keluar rumah sesuka hati, tidak pakai masker, pacaran di flyover, menghadiri penutupan restoran yang mempunyai beribu kenangan dan banyak lainnya, kecuali Pilkada. Bagaimana pun juga, seberbahaya apapun Covid-19, Pilkada harus tetap dilaksanakan.

    Pernahkah Anda mendengar ada klaster baru dari acara pemilihan kepala daerah tersebut? Semuanya aman!

    Pemerintah kita begitu optimis. Dan sikap tersebut harus ditiru oleh Pemerintah Swiss. Alain Berset selaku menteri kesehatan Swiss seharusnya jangan pesimis akan apa yang menimpa negaranya adalah karena pemerintah. Ingat, dalam sebuah negara bukan hanya pemerintah saja, tetapi ada rakyat juga.

    Masa iya rakyat Swiss tidak mampu menggali kuburannya sendiri? Kok malah pemerintahnya yang mengaku salah? Pasti mampu dong, Indonesia saja mampu!

    Agaknya Alain harus banyak belajar dari Indonesia dalam mengatasi Covid-19 yang sangat keren dan mind blowing. Lebih tepatnya bagaimana cara menjadikan rakyat sebagai objek yang disalahkan secara halus tanpa merusak image pemerintah.

    Orang-orang Indonesia terkenal baik hati dan suka membantu sesama, kok. Coba saja kalau Alain menghubungi presiden atau menteri kesehatan kita, pasti dengan senang hati mereka akan membantunya. Jangan sungkan-sungkan Pak Alain Betres, Anda tidak akan mengerti sebelum mencobanya.

    Kalau Alain Betres malu, dia bisa berbasa-basi terlebih dahulu menanyakan hal lain. Misalnya bertanya apa saja resep nasi kucing. Meskipun saya belum pernah ke Swiss, tetapi saya lumayan yakin di sana tidak ada yang jualan makanan khas angkringan tersebut.

    Barangkali, siapa tahu memang benar, dengan memakan nasi kucing, tubuh menjadi kebal layaknya Gatot Kaca, otot kawat tulang besi. Sehingga Covid-19 bersusah payah menerobosnya dan pada akhirnya dia menyerah.

    Selain itu Alain juga bisa bertanya apakah pemerintah kita mempunyai ide-ide yang ciamik. Mungkin saja ada gelang, sabuk, atau tali sepatu anti korona. Selain mampu menangkal Covid-19, inovasi tersebut juga bisa sedikit memperbaiki krisis ekonomi dan mempertajam kreativitas rakyatnya.

    Jadi seharusnya kita mesti bersyukur karena mempunyai pemerintah yang out of the box, pikirannya jauh ke depan, bisa menjadi teladan bagi siapa pun. Entah itu bagi pemimpin negara lain, masyarakat biasa, atau pun si kancil anak nakal yang suka mencuri ketimun.*



    *Dian Rijal Asyrof, penulis lepas asal Brebes, Jawa Tengah. Suka ngopi tapi bukan anak indie. Dagang buku di @japacokbook. Bisa disapa lewat Instagram @semi_pudar.


  • You might also like